Rabu, 08 Februari 2012

ARTI SEBUAH CORETAN UNTUK SEBUAH PERUBAHAN


Setiap hari, dipagi hari, suasana khidmat para siswa membaca dzikir-dzikir yang rutin mereka lantunkan sebelum mereka belajar. Suasana yang membuat kerinduan tersendiri, jika tidak berada ditengah-tengah mereka. Dengan berbagai macam pola dan kelucuan yang selalu membuat kami -para ustadz dan ustadzah- (begitu panggilan mereka pada kami) merupakan energi tersendiri untuk kami terus mendapingi mereka, dalam "belajar bersama" (kami ustadz dan ustadzah pun masih dalam proses belajar untuk mengenal kehidupan ini kearah yang lebih baik "jenis kecerdasan unik yang dimiliki siswa dapat menjadi pembelajaran bagi guru-guru dalam mengajar siswa mereka dengan baik dan cerdas"

Ada pertanyaan yang selalu mengganjal dalam benak, tentang kata "pendidikan" apa sebenarnya pendidikan itu?, untuk apa?, bagaimana?, mengapa? dilihat dari input siswa yang mempunyai berbagai macam corak latar belakang, tingkah laku (sekolah kami; bebas biaya untuk dhuafa') membuat kami berfikir kebaikan apa yang bisa diberikan kepda siswa-siswa kami, sehingga tidak saja kecerdasan intelektual yang akan mereka dapatkan, tetapi kecerdasan lain, seperti; emosional, spiritual, interpersonal, intarpersonal dan lain-lain.


Sungguh, kebulatan tekad, niat Lillahi Ta'ala, ikhlas, serta kesabaran sangat dibutuhkan dalam proses "belajar bersama" mereka. Teringat, perkataan "kata yang keluar dari hati, akan diterima oleh hati juga" dapat disimpulkan, kondisi hati seorang guru, akan sangat berpengaruh untuk bisa tersampaikannya pesan pada siswa-siswanya (istilah: Mengajar dengan hati)


Good/will, ada tidaknya niat baik, itulah kunci emasnya untuk melangkah dengan pasti apakah kita mau melakukannya, Karena semua pengetahuan yang baru itu mudah untuk dipelajari dan dipahami. Namun,selama  Good/will itu tidak dimiliki, maka aktifitas “belajar bersama” menguras banyak tenaga, pikiran tanpa menghasilkan kieindahan, kebahagiaan, dan kedamaian hati.

The Best Process bukan The Best Input. Dalam buku “Sekolahnya manusia” ada kutipan yang menarik untuk diresapi, “padahal, siswa yang masuk saat itu bisa dibilang kemampuan kurang, bodoh dan nakal-nakal” Spesial Moment: bukan anak-anak itu yang bermasalah. Setiap insan terlahir kedunia ini yang berbeda antara yang satu dan yang lain. Perbedaan genetic itu juga ditambah dengan pengaruh lingkungan yang melingkupi pengalaman hidup manusia, baik lingkungan keluarga, masyarakat, teman sepermainan, sekolah maupun lingkungan lainnya. Walhasil, kombinasi perbedaan genetic dan perbedaan pengalaman hidup tersebut mentransformasi seorang manusia menjadi individu yang memiliki karakter dasar (baca: Potensi, minat, dan bakat) yang unik. Artinya, tidak ada seorang manusia pun didunia ini yang mempunyai karakteristik yang benar-benar sama.

Terjawab, ketika guru mengajar/mendidik 10 siswa maka sesungguhnya ia mendapatkan 10 ilmu baru, subehanallah inilah yang dinamakan keberkahan menjadi guru, mendidik, belajar, dan manfaat terus mengiringi rutinitas seorang guru. Lalu apa itu pendidikan? Untuk apa? Bagaimana? dan mengapa?  Wallahu’alam bishawab (bersambung)





Labe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar